Tugas 4
1.Berbahasa Sesuai
dengan Ranah Pemakaiannya
Bahasa dalam
artikel ilmiah memiliki fungsi yang sangat penting. Hal itu disebabkan bahasa
merupakan media pengungkap gagasan penulis. Sebagai pengungkap gagasan, bahasa
dalam artikel ilmiah dituntut mampu mengungkapkan gagasan keilmuan secara tepat
sehingga gagasan penulis dapat ditangkap pembaca secara tepat. Kesalahan
penggunaan bahasa dalam artikei ilmiah menyebabkan gagasan yang disampaikan
penulis tidak dapat diterima pembaca. Boleh jadi, pemakaian bahasa yang salah
menyebabkan pemahaman pembaca bertoiak belakang dengan gagasan penulis. Sesuai
dengan ranah penggunaannya, bahasa Indonesia yang digunakan dalam artikel
ilmiah adalah bahasa Indonesia ilmiah. Oleh sebab itu, kaidah pemakaian bahasa
Indonesia ilmiah perlu mendapat perhatian khusus.
Dilihat dari
segi performansinya, bahasa dalam artikei ilmiah adalah bahasa tulis. Hal itu
disebabkan artikel ilmiah merupakan salah satu bentuk karya tulis. Sebagai
bahasa tulis, kaidah bahasa tulis perlu mendapat perhatian khusus pula.
Sehubungan dengan hal di atas, paparan mengenai bahasa Indonesia tulis ilmiah
menjadi sentral pembahasan ini.Penggunaan bahasa Indonesia dalam artikel ilmiah
ternyata tidak selalu benar. Berbagai kesalahan sering ditemukan. Sebagai
bekal/wawasan, pada akhir paparan ini dibahas pula berbagai kesalahan yang
sering muncul dalam penulisan artikel ilmiah.
2.Dampak Globalisasi terhadap Sikap Bahasa
Globalisasi
sudah menjadi fenomena semesta; globalisasi, suka atau tidak suka, juga
mengubah sikap bahasa penutur Indonesia terhadap BI, terutama di kota-kota
besar di Indonesia, khususnya terhadap BI resmi, penggunaan BI resmi, termasuk
bahasa nasional, dianggap kurang bergengsi (kurang prestise), kurang nyaman
(comfort), kurang canggih, bahkan dirasakan kurang aksi/kurang bergaya
(prestige motive). Sikap ini juga terjadi pada media-media elektronik kita,
dengan dalih era globalisasi, mata-mata acara ditayangkan dengan bahasa
Inggris, malahan presenternya pun menggunakan bahasa gado-gado.
Demikian pula
halnya sikap bahasa terhadap bahasa daerah, bahasa daerah kita cenderung telah
tergusur karena penggunaan bahasa daerah dianggap kampungan. Sikap seperti
itu tidak boleh terjadi ini amat berbahaya karena penggusuran terhadap bahasa
daerah akan berakibat terhadap tergusurnya kebudayaan daerah dan hilangnya
bahasa daerah berarti hilangnya kebudayaan daerah. Itu akan menimbulkan
kekosongan/ kehampaan kebudayaan (cultural void), ini akan mencengkeram
masyarakat. Sebagaimana kita ketahui, bahasa adalah jaringan sentral
kebudayaan, di samping sebagai salah satu produk kebudayaan itu sendiri.
Penggantian budaya yang sudah mapan dan berakar oleh budaya lain yang baru dan
asing bisa menjadi fatal ini akan menjadi krisis identitas yang amat serius.
Konon masyarakat yang kehilangan budayanya akan dihinggapi penyakit kehilangan
kepercayaan diri masyarakat itu akan selalu bergantung kepada orang lain, akan
mencari tuntunan orang lain di dalam membuat putusan-putusan. Setakat ini sikap
bahasa yang lain adalah kecenderungn memberi gengsi tinggi terhadap BI ragam
rendah/ragam bahasa gaul, termasuk suka mencampur-campur unsur bahasa asing,
khususnya bahasa Inggris, di samping suka beralih-alih ke bahasa tersebut,
padahal konteks dan situasi komunikasi tidak menuntutnya.
Dengan kata
lain, terdapat tumpang-tindih ranah penggunan bahasa. Ranah yang menuntut
penggunaan bahasa resmi disulih dengan bahasa ragam rendah/bahasa gaul; konteks
dan situasi interaksi resmi disulih dengan bahasa campur-campur atau dengan
konstruksi wacana yang penuh dengan interferensi dari nonbahasa Indonesia
resmi. Secara kasat mata, globalisasi juga menurunkan derajat
kebakuan ragam bahasa resmi: BI resmi mendapat gangguan dari bahasa asing,
terutama bahasa utama dunia, seperti bahasa Inggris; gangguan ini cenderung
tampak pada tingginya gejala interferensi (baik secara gramatikal maupun
leksikal) dan gejala campur-campur bahasa BI-BA/Inggris, termasuk pemanfaatan
alternasi (beralih/alih bahasa) yang sebenarnya tidak diperlukan/tidak dituntut
dalam situasi komunikasi yang sedang berlangsung. Yang lebih memprihatinkan
adalah bahwa globalisasi mengimplikasikan kecenderungan mengendurnya
semangat nasional pada generasi muda bangsa kita, terutama di kota-kota
besar.
Sumber : http://daudp65.byethost4.com/mki/mki1.html
0 komentar:
Posting Komentar