Sejarah
Masuknya Olahraga Anggar ke Indonesia
Pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia, para
tentara Kerajaan Belanda membawa serta olahraga anggar masuk ke Indonesia. Pada
saat itu terdapat dua macam tujuan permainan anggar, yaitu untuk berkelahi dan
olahraga.
Kemampuan bermain anggar untuk berkelahi diwajibkan
bagi setiap tentara Hindia Belanda (KNIL) dengan menggunakan kelewang (pedang)
atau sangkur. Sedangkan, permainan anggar untuk olahraga dipersilakan bagi para
bintara, perwira, serta mahasiswa.
Tokoh-tokoh militer bangsa Indonesia yang mempunya
keahlian bermain anggar pada waktu itu antara lain adalah Drh.Singgih,
Soeparman, Maryono, Setu, Warsimin, Paimin Salekan, Atmo Soewirjo, J. Sengkey,
Suratman, Mantiri, C.H. Kuron, Mangangantung, dan Soekarno.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan bermain anggar
maupun olahraga lainnya, KNIL mendirikan sekolah olahraga militer. Sekolah
olahraga militer tersebut didirikan guna untuk mendidik para guru anggar, guru
renang, dan guru olahraga lainnya. Lembaga pendidikan militer tersebut didirikan
di Bandung dan Magelang.
Pada masa penjajahan Jepang, tidak ada informasi yang
masuk tentang perkembangan olahraga anggar di Indonesia. Dalam masa perang
kemerdekaan, banyak guru anggar yang berasal dari mantan instruktur militer
Belanda yang menjadi instruktur di Akademi Militer Yogyakarta. Mereka
mengajarkan cara bermain anggar, baik untuk olahraga maupun berkelahi dengan
menggunakan sangkur.
Dalam Pekan Olahraga Nasional pertama yang
diselenggarakan pada tahun 1948 di Solo, olahraga anggar mulai diperkenalkan
serta dieksibisikan oleh para guru anggar mantan instruktur militer Belanda
tersebut.
Setelah penyerahan kedaulatan Negara Republik
Indonesia, para guru anggar yang tersebar di tanah air mulai mengembangkan
olahraga anggar dengan cara mendirikan perkumpulan-perkumpulan anggar di
beberapa daerah. Seperti di Sumatera Utara, Jakarta, Bandung, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi Utara, dan di Sulawesi Selatan.
Perkumpulan anggar di ibukota kita, Jakarta, didirikan
oleh Kasimin Atmosoewirjo, Soekarno, dan Drh. Singgih. Di awal tahun 1950,
Kasimin Atmosoewirjo mulai mengembangkan olahraga anggar di Jakarta bersama
dengan puteranya yang bernama Suratmin.
Perjuangan para guru anggar yang telah merintis
olahraga anggar di tanah air selanjutnya dikembangkan oleh para penerus. Baik
oleh murid, anak, maupun cucu, sehingga pada saat ini olahraga anggar dapat
terus berkembang di berbagai provinsi di Indonesia.
Setelah penyerahan kedaulatan Indonesia oleh pihak
Belanda, permainan anggar mulai diajarkan di sekolah olahraga maupun perguruan
tinggi olahraga. Di lingkungan akademi militer dan polisi juga sempat diajarkan
cara bermain anggar, namun pada akhirnya kurang berkembang.
Dalam perkembangan selanjutnya, olahraga anggar mulai
dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional kedua yang diselenggarakan pada
tahun 1951 di Jakarta. Setelah itu olahraga anggar selalu dipertandingkan dalam
setiap Pekan Olahraga Nasional hingga sekarang.
Sumber : http://id.wikipedia.org/
0 komentar:
Posting Komentar